27 Juli 2009

Mengenyahkan Setan

Di sadur dari biografi YM Phra Acharn Mun
Kompilasi oleh YM. Phra Acharn Maha Boowa Nyanasampanno

Pada suatu malam sekelompok suku pedalaman yang tinggal di sekitar daerah perbukitan berunding bahwa kini ada seorang guru besar yang tinggal di daerah mereka, dan mereka berpikir mungkin beliau memiliki mantra gaib (gatha) [ayat suci dari Tipitaka] yang bisa dipakai sebagai pelindung terhadap setan dan iblis. Mereka bermaksud mendatangi dan menanyakan hal itu kepada beliau pada keesokan paginya.

YM Acharn Mun, berkat pandangan kewaskitaannya, mengetahui tentang hal ini dan memberitahu para bhikkhu (murid-muridnya) mengenai apa yang telah beliau dengar. Keesokan harinya para penduduk desa datang berkunjung dan memohon gatha (mantra) yang dapat melindungi mereka dari gangguan setan dan iblis. Beliau menyuruh mereka untuk merenungkan kata buddho, dhammo atau sangho dalam batin, dan beliau berkata bahwa tak ada setan dan iblis yang bisa menahan kekuatan kalimat kalimat ini. Mereka mengikuti instruksi beliau dengan penuh keyakinan, tanpa mengetahui bahwa ini adalah metode / akal cerdik beliau agar mereka menjalankan praktik meditasi.

Hasilnya tidak perlu menunggu lama, keesokan harinya mereka bergegas menemui beliau kembali dan melaporkan apa yang terjadi semalam ketika pikiran (batin) mereka mencapai eka-citta (ekagatha / batin terpusat ke 1 titik / fokus). Mereka berkata bahwa apa yang mereka lakukan sudah benar karena setan dan iblis ketakutan oleh kekuatan kalimat ini, sudah melarikan diri. `Mulai saat ini kalian tak perlu takut pada setan dan iblis' YM Acharn Man berkata. 'Mereka sudah melarikan diri. Bahkan bila ada di antara kalian yang belum mencapai keadaan ini (ekacitta), setan dan iblis juga sudah ketakutan begitu mendengar kalimat ini', sabda beliau.

Semenjak itu beliau menyuruh mereka merenungkan kalimat ini setiap hari. Para penduduk pedalaman ini secara alami adalah orang yang polos, sederhana dan patuh. Mereka meraih hasil yang menakjubkan sehingga pikiran (batin) mereka bersinar cemerlang dan mampu mengetahui (membaca) pikiran orang lain, termasuk para bhikkhu yang tinggal di vihara dimana YM Acharn tinggal. Hal yang sama juga terjadi pada penduduk desa yang semula mengira YM Acharn adalah "harimau yang menyamar", seperti yang sudah diceritakan sebelumnya. Mereka segera mengunjungi YM Acharn dan menceritakan hasil luar biasa ini.

Hal ini mengagetkan para bhikkhus yang merasa takut umat awam dapat membaca pikiran mereka*), terutama bila mengetahui sesuatu yang kadangkala tak dapat mereka kendalikan misalnya tentang suatu hal yang tidak pantas bagi kebhikkhuan mereka. Kemudian para bhikkhu bertanya kependuduk tentang perkembangan meditasi mereka, lebih karena takut "kecolongan" melebihi keinginan mereka untuk mengetahui tehnik perkembangan batin penduduk. Dengan sederhana polos dan tulus , penduduk menjawab dengan jujur kepada para bhikkhu dan tanpa maksud melebih lebihkan. Tidak seperti penduduk di kota , mereka tidak menutupi fakta dan menyembunyikan perasaan agar dianggap ramah /demi kesopanan. Ini adalah bukti pencapaian mereka yang tak dapat dibantah lagi dan hal ini terbukti dari bhikkhu yang pikirannya terbaca oleh mereka malam sebelumnya tanpa keraguan sedikitpun.

Penduduk desa juga berkata jujur kepada YM Acharn, berkata bahwa mereka mengetahui dengan jelas kondisi pikiran / batin mereka sendiri, sebelum mampu membaca batin orang lain. Ketika ditanya seperti apa dan apakah ia (batinnya) takut akan setan , mereka tersenyum dan berkata, "Pikiran / batin melebihi hal duniawi. Tidak takut oleh apapun . Agung." Semenjak saat itu, setan dan iblis menjadi isu yang tidak berarti dan semua orang di desa beralih ke YM Acharn dan Dhamma sebagai pelindung mereka. Mereka yang telah meraih pencapaian meditasi menceritakan ke suku mereka dan semua menjadi yakin dan patuh pada instruksi YM Acharn'.

Ketika tiba waktu berdana makanan pada pagi hari, mereka akan berkumpul bersama ditempat yang sama dan berdana, YM Acharn memberitahu mereka agar mengucapkan kata sadhu**) [ menghargai perbuatan baik / jasa orang lain – turut bersyukur atas jasa yang dilakukan orang lain / sesama] dengan keras kepada sesama mereka. Bahkan mahluk yang tak tampak ( peta & devata) juga turut bergembira atas perbuatan baik dan turut menikmati jasa baik mereka. Mereka dengan gembira melakukan hal ini setiap hari.

*Catatan kaki :

**) Selain Sadhu seringkali umat Buddhis Thai juga mengucapkan anumodana - turut bersyukur atas perbuatan baik yang dilakukan oleh orang lain

*) Kisah yang mirip juga terjadi pada jaman Sang Buddha seperti yang tertera dalam kitab Dhammapada, dimana disebutkan ada seorang umat wanita yang mampu membaca pikiran orang lain. Beberapa bhikkhu takut wanita itu bisa membaca pikiran mereka karena kadangkala mereka tak dapat mengendalikan memikirkan sesuatu yang porno atau tak pantas.

Jelas tampak bahwa pada sebagian umat yang berpendidikan rendah tetapi patuh dan yakin, lebih mampu mengembangkan / mengolah batin daripada bhikkhu atau orang terpelajar dengan nilai akademis yang istimewa. Tampaknya pengetahuan intelektual mereka mengantikan pencapaian mereka dalam kekuatan istimewa ini. Bahkan dalam hal meditasi penerangan (vipassana), mereka tak sebanding dengan umat awam yang rendah hati, polos dan bersahaja . Sampai kini contoh ini masih bisa ditemukan di Thailand

-. Sekilas tentang Cetoparinyana (membaca pikiran orang / mahluk lain):

Orang yang telah mengetahui Cetoparinyana dapat mengetahui jalan / keadaan pikiran orang lain atau mahluk lain, misalnya ia mengetahui pikiran sedang bahagia, menderita, seimbang dan dapat mengetahui sebab sebabnya. Juga dapat mengetahui lebih dalam apakah pikiran dipengaruhi atau tidak oleh nivarana, dalam jhana atau tidak, dapat mengetahui tingkat kesucian orang lain yang lebih rendah dari dirinya tetapi yang lebih tinggi darinya tidak dapat diketahuinya. Pencapaian Cetoparinyana ini cukup bermanfaat , tetapi lebih bermanfaat mengetahui batin / pikiran (citta) sendiri. Kita mengetahui sifat tak baik & upakilesa yang melekat pada diri kita. Bila ada sifat tak baik jangan dimasukkan dalam batin kita. Bila orang tersebut mengetahui kekuatan batin kita berarti kekuatan batin orang itu lebih tinggi dari kita dan kita harus menghormatinya (namaskara), memohon dengan hikmat agar ia bersedia mengajar kita atau menjadi guru kita. Lalu bagaimana halnya dengan umat yang memiliki kemampuan batin melebihi dari bhikkhu ? Yang jelas umat tersebut tetap harus namaskara kepada sang bhikkhu (menghormati ke-bhikkhu-annya). Dalam literature disebutkan bahwa – sekalipun umat sudah ariya tetapi bhikkhu belum mencapai kesucian umat tetap harus menghormati bhikkhu tsb. Sebaliknya sang bhikkhu juga harus menghargai dan menghormati pendapat umat tsb walau tidak harus namaskara. Dan sesungguhnya mereka yang memiliki Cetoparinyana ini telah mengetahui batinnya sendiri, sebelum ia dapat mengetahui batin orang lain. Ini adalah hukum alam. Seseorang yang memiliki kemampuan ini dapat mengembangkan batinnya untuk mencapai batin yang sempurna dan memiliki kekuatan batin tanpa noda, ini adalah dari hasil mengetahui batin orang lain.

Referensi :
1.Riwayat Hidup LP Man Buridhatto – Luangta Maha Boowa N
2.Samma Samadhi – LP Waen Sucinno
3.Mangala Berkah utama – J Sanjivaputta

KARMA, KELAHIRAN KEMBALI, DAN ILMU GENETIKA

Oleh :
Buddhadasa. P. Kirthisinghe

Kebahagiaan dan penderitaan, yang umum dialami sebagai nasib dari semua makhluk hidup, terutama bagi manusia, itu menurut pandangan Agama Buddha, tidak dianggap sebagai hadiah atau hukuman, yang diberikan oleh seorang Deva kepada roh yang telah melakukan perbuatan yang baik atau yang buruk. Umat Buddha mempercayai hukum alam, yang dinamai hukum 'sebab dan akibat', yang umum berlaku pada semua gejala-gejala alam. Umat Buddha tidak percaya kepada seorang Deva yang dianggap maha kuasa, dan oleh karena itu hukum 'sebab dan akibat', yang merupakan hukum alam itu, berlakunya tidak dapat dihambat oleh Deva, bahwa juga tidak dapat dihambat oleh semua Buddha, walaupun semua Buddha itu telah memiliki cinta-kasih yang universal.

Hukum 'sebab dan akibat' itu dalam bahasa Sanskrit, dinamai 'karma' dan didalam bahasa Pali, dinamai 'kamma', yaitu bahasa-bahasa yang dipergunakan didalam Agama Buddha. Didalam kata-katanya Sang Buddha, kita temui ajaran yang bunyinya sebagai berikut: " 'Karma' kita sendirilah, atau perbuatan kita sendirilah, yang baik, dan yang buruk, yang menghadiahi dan menghukum kita". Apakah 'karma' itu?. 'Karma' adalah suatu kekuatan, yang kebajikannya, menimbulkan reaksi yang mengikuti sesuatu aksi; 'karma' adalah energi yang membuat jalan keluar; atau yang menyebabkan kita sekarang ini, hidup di alam ini; dan kehidupan kita yang baru ini adalah merupakan suatu aliran kehidupan yang tak habis-habis energinya, yang mengalir secara berlanjut, tanpa henti-hentinya.

Oleh karena itu, Yang Mulia Piyadassi Thera berkata : "Selama ada kemauan selama itu ada perbuatan. Selama ada perbuatan, selama itu ada suatu realitas kejam, yang timbul sebagai akibat dari suatu 'karma' yang buruk; dan selama ada perbuatan, hadiah serta hukuman, itu bukan merupakan kata-kata yang kosong. Keinginan itu menimbulkan perbuatan; perbuatan menimbulkan hasil; hasil itu mempertunjukkan dirinya sebagai suatu corporealitas baru, yang diisi dengan keinginan yang baru. Energi yang bersifat kenyal (= elastis) itu selalu mengubahnya menjadi kehidupan yang segar, dan kita hidup secara abadi melalui keinginan kita yang kuat untuk hidup. Adapun yang menjadi medium-nya, sarana-nya, yang membuat semua kemungkinan itu ada, adalah 'karma'.

Seperti yang dikatakan oleh Dr. Paul Bahlke, dari Jerman, yang dikemukakan didalam naskahnya yang berjudul 'Essay-Essay Buddhis', kita juga berpendapat bahwa, adalah pengetahuan tentang hukum sebab dan akibat, aksi dan reaksi, yang mendorong seseorang untuk mencegah dirinya untuk tidak berbuat jahat dan untuk memperbanyak perbuatan-perbuatan yang baik. Seseorang yang mempercayai hukum sebab dan akibat, mengetahui dengan sangat baik, bahwa hanya perbuatan dirinya sendirilah, yang membuat kehidupannya berisi penderitaan, dan sebaliknya, hanya perbuatan dirinya sendiri pula, yang membuat kehidupannya berisi kebahagiaan.

Keadaan seseorang, hari ini, adalah merupakan hasil dari jutaan pengulangan-pengulangan dari fikiran-fikiran dan perbuatan-perbuatannya. Dia bukan makhluk yang sekali tercipta telah berkeadaan seperti sekarang ini; dia berkeadaan selalu menjadi keadaan yang baru, dan senantiasa tetap mengalami perubahan-perubahan, menjadi sesuatu yang baru, berikutnya lagi. Watak-wataknya ditentukan sebelumnya, oleh pemilihan-pemilihannya sendiri. Jenis fikirannya, dan jenis perbuatannya, yang dia pilih, menjadi kebiasaan-kebiasaannya, dan selanjutnya ini menentukan dia untuk menjadi manusia dengan watak-watak yang tertentu.

"Karma itu secara mutlak bersifat tidak mengenal belas kasihan, dan cara bekerjanya tidak pandang bulu. Sama keadaannya seperti sebuah cermin yang telah dibersihkan dengan sangat baik, itu mampu memantulkan pada permukaannya, gambar yang sebaliknya, hingga ke hal yang sekecil-kecilnya, demikian juga "karma" itu dapat memberikan kepada orang yang melakukan perbuatan, akibat yang membalik, yang tepat sama dengan jenis perbuatan yang telah dilakukannya."

Yang tersebut dimuka tadi, sama seperti sabda Sang Buddha, sebagai berikut : "Tidak ada tempat untuk persembunyian di langit, atau di kedalaman dari samudera, pun juga tidak dapat dengan cara masuk ke dalam gua di sebuah gunung, atau juga di mana pun di Bumi ini, jika anda ingin menghindar dari terkena akibat dari buah perbuatan anda."

Cara untuk bebas dari 'karma' tidak dapat diajarkan, itu hanya dapat dihayati; tujuan tersebut hanya dapat dicapai dengan menghayati kebajikan-kebajikan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan didalam kehidupan. Setiap individu haruslah merasa perlu untuk dapat bebas dari ikatan karma. Didalam tangan kita sendirilah letak dari kekuatan pembentuk nasib kita sendiri. Orang-orang lain dapat menolong kita secara tidak langsung, tetapi kebebasan dari penderitaan, itu haruslah kita sendiri yang melakukannya, dan kita sendirilah yang haruslah menempa, dengan landasan diri kita sendiri pula.

Psychologi (= ilmu-jiwa)-nya Buddhis, mengungkapkan bahwa pada diri manusia itu terdapat kemungkinan-kemungkinan yang masih bersifat terpendam, dan potensi-potensi untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan itu harus diperkembangkan dan direalisir, dengan usaha-usaha yang nyata. Manusia adalah merupakan kumpulan dari perbuatan-perbuatan yang baik dan yang jahat. Dia selalu mengalami perubahan, ke arah menjadi baik, atau menjadi jahat. Perubahan ini tidak dapat dihindari, dan tergantung sama sekali kepada perbuatan-perbuatannya sendiri, dan tidak tergantung kepada sesuatu yang lain. Dengan perbuatan-perbuatan kita, kita membentuk watak-watak kita, kepribadian kita, individual kita. Harus hanya melalui perbuatan-perbuatan kita sendiri saja, kita dalam berusaha untuk mengubah kembali diri kita, dan untuk memenangkan atau membebaskan diri kita, dari penderitaan-penderitaan.

Adalah keharusan kita sendiri untuk dapat hidup, adalah keinginan kita sendiri untuk dapat hidup, adalah ketergantungan kita kepada hiduplah, yang membuat permainan aksi dan reaksi, yang tak ada henti-hentinya ini, bergerak terus dengan tidak putus-putusnya. Selama kita gagal untuk melihat sifat yang sebenarnya dari hukum sebab dan akibat, sifat yang sebenarnya dari persebaban moral, selama itu pula masih terdapat keinginan dan ketidak-tahuan didalam diri kita, dan dengan demikian kita akan masih berkeadaan terikat kepada "Roda Kelahiran dan Kematian Secara Berulang-Ulang" itu. Apabila unsur penyebab dari sesuatu, telah dapat kita hancurkan maka secara automatis kemunculan unsur akibatnya, akan berhenti. Penderitaan akan menjadi lenyap, apabila akar-akar yang kecil-kecil dan bermacam-macam, dari penderitaan, telah dapat dilenyapkan. Seseorang, misalnya, yang membakar biji buah mangga, hingga menjadi abu, mengakibatkan berhentinya kekuatan pertumbuhan, dan biji buah mangga itu tidak akan pernah dapat menjadi sebuah pohon buah mangga. Itu sama keadaannya dengan yang terjadi pada sesuatu yang terkena persyaratan-persyaratan (= terkena kondisi-kondisi) dan yang terdiri dari komponen-komponen, apakah itu benda mati, atau makhluk hidup.

Sama seperti bahwa bayangan itu mengikuti bendanya, dan sama seperti bahwa asap itu muncul setelah ada api, demikian jugalah unsur akibat itu baru muncul, setelah ada unsur penyebabnya, dan penderitaan atau kebahagiaan itu muncul, setelah pada diri orang, ada fikiran dan perbuatan, yang bersifat buruk, atau baik. Tidak ada akibat-akibat disekeliling kita, di dunia ini, kecuali ada unsur-unsur penyebabnya, yang mungkin tidak tampak, atau belum terbabar, yang lalu mangejawantah (= manifest); dan bagaimana pun jenis penyebabnya, itu menghasilkan akibat-akibat, yang perbandingannya tepat sama dengan jenis-jenis penyebabnya. Orang-orang menuai hasil panenannya, yang berupa penderitaan, karena di masa yang lampau, yang waktunya dekat, atau jauh (di masa kelahirannya yang lampau), atau dalam kelahirannya yang sekarang ini, mereka pernah menanam benih kejahatan; dan orang-orang menuai hasil panenannya, yang berupa kebahagiaan, karena hal itu merupakan hasil perbuatan mereka di masa yang telah lalu, dalam menanam benih kebaikan-kebaikan.

  • "Seseorang yang bekerja sangat keras, mengerjakan tugasnya sebagai pelayan, mungkin saja, pada suatu ketika, didalam, kelahirannya yang akan datang, menjadi Pangeran yang baru.
  • Seorang Raja yang memerintah sebuah Kerajaan, mungkin saja, lalu dalam kehidupannya di dunia, pada kelahirannya yang akan datang, menjadi pengembara yang miskin, dengan pakaian compang-camping, karena dalam kehidupannya yang sekarang ini, Sang Raja telah berbuat sesuatu yang sangat buruk, dan telah melalaikan kewajibannya dalam berbuat kebaikan."

Biarlah seseorang mau bermeditasi terhadap ajaran tentang hukum sebab dan akibat ini, biarlah dia berusaha untuk memahaminya, dan semoga dia rajin menanam benih-benih kebaikan, dan rajin pula melenyapkan bintik-bintik kotor dari sifat-sifat jahatnya, yang terdapat didalam hatinya, yang merupakan hasil dari perbuatan-perbuatan jahatnya di masa kelahirannya yang lampau, bagaikan petani yang rajin melenyapkan rumput-rumput pengganggu tanaman di kebunnya.

KELAHIRAN KEMBALI

Kelahiran kembali, atau keadaan tetap hidup terus sesudah orang meninggal dunia (dan lalu pada suatu ketika terlahirkan lagi di dunia), diterima sebagai fakta kehidupan, didalam Agama Buddha. Energi atau kekuatan yang terkumpul ini berlanjut terus untuk memanifestasikan diri pada kesadaran di berbagai lapisan alam lainnya. Menurut hukum konservasinya energi dan hukum bahwa zat itu tidak dapat dihancurkan, kita yakini bahwa didalam proses kelahiran kembali, itu tidak ada sesuatu yang hilang. Vitalitas atau kekuatan karma yang lenyap dari tubuh kita, itu lalu (didalam kelahiran kembali) memulai cyclus pengambilan tubuh, yang baru.

Kekuatan karma tersebut adalah aliran kehidupan (= santati = life flux) yang berlanjut terus dalam mencari jalan untuk memanifestasikan dirinya, dari satu alam kehidupan ke alam kehidupan berikutnya, dan energi karma ini didukung oleh kekuatan keinginan (untuk hidup). Ini adalah kekuatan karma yang sifatnya tidak nampak.

'Karma' adalah suatu bentuk energi, yang kita bawa dari kehidupan yang satu (kelahiran yang satu) ke kehidupan (kelahiran) yang berikutnya yang bersifat 'kusala' dan 'akusala', yaitu yang sifatnya baik dan buruk. Apabila kita telah meninggal dunia, materi karma kita, berubah didalam bentuk energi, sampai dicapainya rahim yang bersesuaian, dimana telur (= ovum) dan mani (= sperma) bergabung, untuk memvitalisasikannya. Sang Ayah dan Sang lbu hanya menyediakan materi untuk kehidupan makhluk yang baru. Faktor karma atau kekuatan individual (vinnana, atau kesadaran kelahiran kembali) adalah keadaan yang mengkondisikan, mempersyarati, suatu kehidupan yang baru. Ini tidak menyangkal keterangan dari ilmu pengetahuan (= science) tentang genetika, yang menerangkan bahwa anak itu mewarisi ciri-ciri dari orang tuanya dan sanak keluarganya yang dekat. Seorang anak itu juga dibentuk oleh lingkungan sekitar sosial, tetapi semuanya itu dikondisikan oleh "karma"-nya.

Didalam Agama Buddha, diterangkan bahwa terdapat lima dunia kehidupan, yang berkeadaan berbeda yang satu dengan yang lainnya, dan oleh karena itu, memungkinkan terdapatnya lima jalan untuk kelahiran kembali. Adapun ke-lima alam kehidupan itu adalah : alam kehidupan hewan, alam kehidupan roh (yang dinamai "spirit' atau "ghost"), alam neraka, alam kehidupan manusia, dan alam "sakkaloka" atau surga.

ILMU PENGETAHUAN GENETIKA

Ilmu Genetika adalah studi mengenai physiology tentang reproduksi (menurunkan jenis, mempunyai keturunan) dan ketrampilan mengembang-biakkan tanam-tanaman dan hewan-hewan.

Semua warisan (= heredity) itu ditransmisi-kan (= diliyerkan) dari satu generasi ke generasi berikutnya, melalui cel-cel sex yang sangat kecil, yang dinamai sperm (= mani, pada pria) dan ova (= telur, pada wanita). Kedua cel itu bergabung didalam rahim, untuk membentuk telur yang dibuahi, yang tumbuh menjadi foetus (= janin bayi) dan akhirnya lahirlah seorang bayi.

Ayah dan ibu itu keduanya penting didalam transmisi, atau peliyeran, warisan. Inti-inti dari cel-cel sex itu berisi chromosome-chromosome, dan setiap sperma manusia itu berisi 24 chromosome, separo (= setengah) dari jumlah itu berisi cel-cel yang normal, dan jumlah ini bervariasi pada hewan-hewan lainnya dan pada tanam-tanaman.

Fertilisasi atau pembuahan itu terdiri dari bergabungnya inti sperma dengan inti ovum. Cel telur yang telah dibuahi ini lalu membagi dua, lalu menjadi empat, lalu menjadi delapan, dan akhirnya menjadi bilyunan cel-cel tubuh orang dewasa. Gregor Johann Mendel meng-identifikasi-kan unit-unit warisan sebagai gene-gene. Kita dapati unit-unit kehidupan didalam chromosome-chromosome dan didalam molekul yang wujudnya sangat kecil. Setiap ciri yang tampak pada tanaman-tanaman dan pada hewan-hewan itu mempunyai gene-gene, yang seperti telah dikatakan dimuka, itu dibawa chromosome-chromosome, yang terdapat didalam inti-inti dari semua cel kehidupan. Mendel telah menemukan hukum pewarisan, sebagai berbanding 3 dan 1, pada tanaman-tanaman dan pada hewan-hewan. Beliau juga telah menemukan gene-gene yang dinamai yang bersifat dominant dan yang bersifat recessive. Eksperimen klassik beliau telah menolong memperkuat theori-theorinya Charles Darwin, mengenai : asal dari jenis-jenis (= the origin of species), sekesi alamiah (= the natural selection). Dan tentang "Perjuangan untuk dapat tetap hidup dengan jalan mengadakan penyesuaian-diri, siapa yang kuat akan dapat tetap hidup terus" (= the survival of the fittest in the struggle for existence).

Sekarang telah diketahui bahwa gene-gene itu memisah diri menjadi separo (= setengah) dari jumlah mereka didalam cel-cel sex (sperma dan ovum), dan dinamai haploid-haploid dan menggabung kembali didalam telur yang sudah dibuahi, untuk membentuk suatu complement yang lengkap dari gene-gene, seperti cel-cel orang tuanya (= induknya).

Oleh karena itu anak-anak didalam sesuatu keluarga menjadi tampak serupa. Tetapi dari sudut moral, intelleklual, dan emosional, kemiripan mereka itu dapat sangat dekat, atau sangat jauh. Inilah yang dimaksudkan dengan 'karma' yang dikondisikan, yang dipersyarati. Orang tua yang tinggi intelleknya, dapat menurunkan anak-anak yang bodoh, atau sebaliknya, tergantung dari, 'karma' orang tuanya, dan 'karma' anak-anaknya.

Terdapat studi yang sangat menarik terhadap anak-anak kembar, yaitu studi terhadap anak-anak kembar, yang dilahirkan dari telur-telur yang dibuahi secara terpisah, dengan studi terhadap anak-anak kembar, yang dilahirkan dari satu telur yang dibuahi, yang menghasilkan dua anak kembar. Adalah bersifat alamiah bagi anak kembar, yang dilahirkan dari telur-telur yang dibuahi secara terpisah, yang hasilnya menunjukkan kesamaan warisan (= hereditary) yang berkeadaan berbeda, sebagai saudara-saudara perempuan dan saudara-saudara laki-laki yang biasa. Tetapi itu tidak benar bagi anak kembar dua yang identik, yang dilahirkan dari satu telur yang dibuahi dan lalu menjadi dua anak kembar.

Telah diselidiki oleh team sarjana besar - yaitu : Newman, Freeman, dan Holzinger dari Universitas Chicago yang termasyhur itu -, bahwa setelah anak kembar dua dari satu telur itu tumbuh menjadi besar, mulai tampak terdapat perbedaan-perbedaan diantara mereka itu. Yang satu mungkin berat tubuhnya sedikit lebih dari yang satunya; yang satu mungkin lebih cepat pandai didalam belajar, dari pada yang satunya; yang satu bersifat mudah marah atau mudah tersinggung dari pada yang satunya. Jawaban terhadap pertanyaan mengapa ada perbedaan, memisahkan diri, tidak lagi tetap berkeadaan sama, sebagai yang sama-sama berasal dari genetica dari anak kembar yang identik, itu adalah karena itu dikondisikan, dipersyarati, oleh 'karma', - hal ini merupakan suatu faktor yang tak dapat dihindarkan.

REFERENSI.

- Baptist, Egerton C. The Supreme Science of the Buddha, Ceylon, 1954
- Carter, C.O Human Heredity, Pelican, 1969.
- Dahlke, Paul Buddhist Essays, Ceylon, 1961.
- Dunn & Dolzhansky Heredity, Race and Society, Mentor Book, 1960.

CINTA SEJATI

Masalah dalam percintaan dimulai saat buyarnya fantasi, kekecewaan bisa sangat menyakiti kita. Pada cinta asmara, kita tidak benar-benar mencintai pasangan kita, kita hanya mencintai cara mereka yang membuat kita tersentuh.Yang kita cintai adalah "sengatan" yang kita rasakan dalam kehadiran mereka. Itulah sebabnya, ketika mereka tak ada, kita merindukannya dan meminta dikirimi sebotol... (lihat cerita sebelumnya). Seperti "sengatan" lainnya, tak berapa lama ini pun akan berlalu.

Cinta sejati adalah cinta yang tak mementingkan diri sendiri. Kita hanya peduli kepada orang lain. Kita berkata kepada mereka, "Pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu, apa pun yang kamu lakukan," dan kita bersungguh-sungguh dengan perkataan itu. Kita hanya ingin mereka bahagia. Cinta sejati itu langka.

Banyak dari kita suka berpikir bahwa hubungan istimewa kita adalah cinta sejati, bukan cinta asmara. Berikut ini adalah sebuah tes untuk menilai cinta Anda termasukjenis yang mana.

Pikirkanlah pasangan Anda. Bayangkan wajahnya di benak Anda. Kenanglah hari Anda bertemu dengannya dan saat-saat indah bersamanya. Sekarang bayangkan Anda menerima sepucuk surat dari pasangan Anda. Surat itu memberitahukan Anda bahwa si dia telah jatuh hati kepada sahabat Anda, dan mereka telah pergi untuk hidup bersama. Bagaimana perasaan Anda?

Jika cinta Anda adalah cinta sejati, Anda akan begitu tergetar bahwa pasangan Anda telah menernukan orang yang lebih baik dari diri Anda, dan dia bahkan sekarang lebih berbahagia. Anda akan merasa gembira karena pasangan dan sahabat Anda dapat berbagi hidup bersama-sama. Anda akan sangat gembira karena mereka saling mencintai. Bukankah kebahagiaan pasangan Anda adalah hal yang terpenting dalam cinta sejati Anda?

Cinta sejati itu langka.

Seorang ratu tengah melihat keluar dari jendela istananya ke arah Buddha yang sedang berjalan untuk menerima dana makanan di kota. Raja melihatnya dan menjadi cemburu terhadap kesetiaan sang ratu kepada Sang Petapa Agung. Dia memarahi sang ratu dan menuntut untuk tahu siapa yang lebih dicintai sang ratu, Buddha atau suaminya. Sang ratu adalah pengikut Buddha yang setia, tetapi pada saat itu Anda harus sangat hati-hati jika suami Anda adalah seorang raja. Hilang kepala berarti hilang kepala betulan. Sang ratu ingin menjaga kepalanya tetap utuh, maka dia menjawab dengan kejujuran yang tak terbantahkan, "Saya mencintai diri saya lebih dari Anda semua!"

BERJUDI

Mengumpulkan uang itu sulit, tetapi menghabiskannya mudah­ dan cara termudah untuk kehilangan uang adalah dengan berjudi. Semua penjudi pada akhirnya adalah pecundang. Meskipun demikian, masih saja orang senang meramal masa depan dan berharap mendapatkan banyak uang dari berjudi. Saya menceritakan dua kisah berikut ini untuk menunjukkan betapa berbahayanya meramal masa depan itu, sekalipun kita mendapat pertanda.

Pada suatu pagi, seorang teman terbangun dari sebuah mimpi yang terasa sangat nyata. Dia bermimpi tentang lima malaikat yang memberinya lima buah kendi emas yang besar sebagai lambang keberuntungan. Ketika dia membuka matanya, para malaikat itu tak ada di kamar tidurnya, dan sialnya guci-guci emasnya juga tidak ada. Bagaimanapun, itu adalah mimpi yang sangat aneh.

Ketika dia pergi ke dapur, dia melihat istrinya telah membuatkan lima butir telur rebus dengan lima potong roti panggang untuk sarapannya. Di halaman depan koran pagi, dia mengamati tanggal hari itu, 5 Mei (bulan kelima). Hal-hal aneh terus berlanjut. Dia membalikkan lembaran koran ke halaman pacuan kuda. Dia tertegun melihat bahwa di Ascot (lima huruf), di balapan kelima, kuda nomor lima bernama... Lima Malaikat! Mimpi itu ternyata sebuah pertanda.

Dia mengambil cuti setengah hari. Dia menarik 5.000 dollar dari tabungannya di bank. Dia pergi ke arena pacuan kuda, ke bandar kelima, dan memasang taruhannya: 5.000 dollar untuk kuda nomor 5, balapan nomor 5, Lima Malaikat, untuk menang. Mimpi itu tak akan salah. Angka hoki 5 pasti tepat. Mimpinya ternyata memang tidak salah. Si kuda menyelesaikan balapan di urutan ke-5.

Kisah kedua terjadi di Singapura beberapa tahun yang lalu. Seorang pria Australia menikahi seorang gadis Cina cantik dari Singapura. Suatu ketika, saat mereka sedang mengunjungi keluarga di Singapura, datanglah ipar-iparnya mengajak pergi ke pacuan kuda. Dia setuju pergi bersama mereka.Tapi sebelum sampai di arena pacuan kuda, mereka singgah dulu di sebuah biara Buddhis terkenal untuk menyulut dupa dan bersembahyang agar beruntung. Saat mereka tiba, biara kecil itu dalam keadaan berantakan. Lantas mereka mengambil beberapa sapu, alat pengepel, dan air dan mulai membersihkan seluruh biara. Setelah itu barulah mereka menyulut dupa dan bersembahyang untulk memohon keberuntungan, lalu meluncur ke arena pacuan kuda. Akhirnya, mereka semua kalah besar.

Malam harinya, si Australia bermimpi pacuan kuda. Saat terbangun, dia dapat mengingat dengan sangat jelas nama kuda yang menjadi pemenang dalam mimpinya. Ketka dia membaca koran The Straits Times, ternyata kuda dengan nama itu memang ada, dan akan berlomba pada sore harinya. Dia lalu menelepon para iparnya untuk mengabarkan berita bagus itu. Namun para ipar tidak percaya bahwa dewa-dewa penjaga biara orang Singapura bersedia memberitahukan nama kuda pemenang kepada seorang bule, jadi mereka tak mempedulikan mimpi si bule. Si Australia lalu pergi ke arena pacuan kuda. Dia bertaruh besar pada kuda itu. Dan si kuda menang betulan.

Dewa-dewa biara Cina itu pasti menyukai orang Australia. lpar­-iparnya hanya bisa ngomel-ngomel.


sumber: samaggi-phala.or.id


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Flowers and Decors. Powered by Blogger